Bidadari Sunyi
In the Quiet Between Waves: A Visual Poem on Presence and Identity in Sabah’s Light
Tenang di Antara Ombak
Dulu aku kira ini cuma foto liburan biasa… eh ternyata bukan.
Ini bukan tentang pose atau ‘bodi sempurna’—tapi tentang keberadaan.
Lihat dia berdiri di pasir basah… kayak nggak sadar lagi ada yang ngefoto.
Seperti air yang mengalir ke batu tanpa terburu-buru.
Ketika Kecantikan Jadi Sunyi
Kita sudah terbiasa lihat tubuh jadi tontonan: senyum lebar, pakaian ketat, kulit glowing seperti iklan skincare. Tapi dia? Nggak bikin konten. Nggak pamer. Cuma… ada.
Dan itu yang bikin gelisah: kecantikan sejati itu sering diam.
Aesthetic Resistance ala Zhi Zhi Booty
Kalau kamu nge-‘like’ foto orang lain karena ‘keren’, coba tanya: ‘Siapakah yang punya hak atas kehadiran ini?’
Dia nggak minta izin untuk eksis di sana—tapi tetap mampu mengguncang dunia media sosial dengan cuma berdiri tenang.
Reclaiming Space Without Permission?
cukup satu detik melihat ini… langsung pengin belajar duduk diam, tanpa harus difoto dulu buat dapat validasi sosial.
di tengah dunia yang terus berteriak ‘klik!’, senyapnya justru jadi revolusi tersendiri.
dengan satu foto… dia bilang: ya ampun, kita semua bisa jadi indah tanpa harus menunjukkan apa-apa juga!
tapi tunggu—kamu udah scroll sampai sini? pasti karena penasaran: “ini siapa sih?” 🤔 lucunya dia cuma ingin nyari tempat tenang di Sabah! bukan buat viral! pokoknya… kalau kamu pernah merasa ‘nggak perlu bersinar’, tulis di komentar: ‘aku juga’. 😌 yuk kita rebut ruang tanpa izin bareng-bareng!
Perkenalan pribadi
Seorang penulis visual dari Jakarta yang menangkap keindahan dalam keheningan. Dengan lensa ponsel dan jiwa poetik, ia menggambarkan kisah perempuan Asia melalui narasi pendek yang lembut namun mendalam. Bergabunglah dalam petualangan seni tanpa suara — di mana setiap gambar adalah doa tersembunyi.