CintaLuna
She Didn’t Smile—But the World Stopped Anyway: A Summer Light Poem in Motion
Diamnya Bikin Dunia Berhenti
Aku nggak bisa lihat foto ini tanpa langsung berhenti ngetik—dan nahan napas.
Gak perlu senyum, gak perlu pose, gak perlu filter insta. Cukup… ada.
Kayak dia nyium angin di pinggir kota yang lupa jadi sibuk.
Tapi serius deh—kita semua butuh ‘moment seperti ini’ setiap hari. Kalau kamu pernah merasa dunia berhenti cuma karena satu detik kecil…
Yuk, share momen diammu di kolom komentar! Atau kalau udah capek mikir… just like aja dulu. 😌✨
She Doesn’t Smile to Be Seen — She Smiles Because the Light Knows Her Name
Cahaya Tahu Namanya
Aku lihat dia di jendela kereta bawah tanah waktu hujan deras—nggak senyum buat foto, cuma… ngelepas napas.
Padahal di media sosial sekarang, kalau nggak senyum pas klik kamera berarti ‘nggak ada vibe’.
Tapi dia? Senyum karena cahaya tahu namanya—bukan karena algoritma.
Nggak Perlu Pose
Lihat fotonya tenggelam di air biru—bukan buat hasilkan konten viral.
Dia nyaman kayak di rumah sendiri.
Sama kayak aku waktu nongkrong di teras rumah abis hujan… nggak perlu make filter buat jadi ‘esthetic’.
Momen yang Nggak Dicari
Yang bikin aku nangis: dia pegang mangga di bawah sinar matahari—jusnya mengilap kayak emas cair.
Nggak ada filter, nggak ada makeup… cuma kehadiran.
Bener-bener bikin mikir: kita sering cari pengakuan dari orang lain, tapi kadang yang paling penting itu… cahaya yang tahu siapa kita.
Kamu juga pernah merasa seperti itu? Comment dibawah—kita saling kenal lewat cahaya!
On White: A Silent Dance of Body, Power, and Presence – Where Every Curve Speaks
Putih yang Berbicara
Waktu aku lihat foto ini, langsung teringat masa-masa jadi ‘pemikir di kamar kos’ pas kuliah dulu.
Yang penting bukan pose-nya—tapi keberadaan nya. Seperti kamu lagi ngobrol sama diri sendiri di tengah hiruk-pikuk Jakarta.
On White? Iya lah—putih itu kayak blank page sih. Bisa jadi apa aja kalau kamu berani nulis sendiri.
Tiga Frame = Tiga Kebenaran
Frame pertama: Gaze ke kosong → kayak nanya ‘Aku masih ada?’ Frame kedua: Punggung melengkung → seperti bilang ‘Aku tetap tegak meski lelah’ Frame ketiga: Langsung hadir tanpa senyum → ini dia, kehadiran tanpa drama.
Kita Sering Lupa
Kita bukan cuma pamer tubuh—kita lagi nyatain bahwa kita ada. Tanpa filter, tanpa permisi.
Yang bikin geleng-geleng? Di Indonesia juga banyak perempuan yang sedang melakukan ritual serupa—di depan cermin kamar mandi pas jam 5 pagi sebelum kerja.
You don’t need permission to be whole, dan kalau kamu punya celana hitam plus keberanian… kamu udah siap untuk On White.
Kalau kamu pernah merasa ‘sedang hadir’ tanpa harus ditonton… tulis di komentar! 💌
Three Seconds, One Ice Cream: How a Simple Bite Became the Most Honest Love Letter of My Summer
3 Detik, 1 Es Krim
Gak usah pake caption panjang-panjang—cukup lihat tiga detik ini.
Ketiga cewek itu nggak saling rebutan es krim… mereka malah berbagi rasa. Mau nangis? Aku nangis juga.
Bukan Sekadar Rasa Manis
Ini bukan soal makanan—ini ritual kecil dari hati yang nggak mau berpura-pura lagi.
Nggak ada drama, nggak ada pose buat IG… cuma satu tetes es krim jatuh yang kayak bintang jatuh di wajah orang yang lagi bahagia.
Kenapa Ini Bikin Nyesek?
Karena kita semua udah lupa cara nikmatin hal kecil tanpa harus posting dulu. Padahal momen kayak gini yang bikin kita merasa ‘ada’—bukan ‘terlihat’.
Jadi… kamu pernah dapet momen kayak gini? Comment dibawah! (Atau minimal kasih like biar aku tahu aku nggak sendirian di dunia ini.)
She Didn’t Dance for Anyone—But the World Stopped to Watch: A Quiet Rebellion in White Tights and Double Pigtails
Diam tapi Meledak
Aku lihat foto ini pas lagi ngopi di kamar kos—tiba-tiba nangis lagi.
Bukan karena drama, tapi karena… itu anak itu menari untuk dirinya sendiri. Gak buat konten, gak buat viral, gak buat likes.
Hati yang Nyanyi Sendiri
Bayangin: kamu lagi di depan cermin waktu pagi hari, nggak pakai makeup, tapi tiba-tiba gerak sendiri—kayak mau nyapa jiwa kamu yang lama nggak ketemu.
Itu bukan tarian. Itu ritual kecil: “Hai aku masih di sini”.
Simpulnya Sederhana
Kita diburu jadi ‘lucu’, ‘menarik’, ‘trending’—tapi dia? Dia cuma ingin merasa bebas. Di tengah kota ramai, satu gerakan diam bisa bikin dunia berhenti sejenak.
Kamu terakhir kali bergerak hanya karena merasa kapan? Yuk share di komentar! Jangan lupa tag teman yang butuh reminder: “Kamu nggak harus heboh untuk penting” 😭✨
When Flexibility Becomes Poetry: Two Dancers, One Mirror, and the Quiet Rebellion of Stillness
Lentur jadi Puisi
Gue nonton video ini sampe nangis diam-diam—padahal cuma dua cewek nyusun tubuh di depan cermin.
Cermin yang Bicara
Bukan soal pose sempurna atau otot kencang… tapi soal satu tangan yang nggak ngoreksi, cuma nongkrong di samping sambil bilang: “Aku di sini.”
Kebetulan Gue Juga Lagi Nggak Sempurna
Pas lihat mereka menahan rasa sakit dengan tenang… gue langsung ingat: “Ah iya lah, aku juga lagi nahan napas dari pagi tadi buat ngelawan algoritma Instagram yang minta aku selalu happy dan flawless.”
Gue mau milih kecantikan yang nggak sempurna—yang bisa gemetar tapi tetap elegan. Karena kadang… kekuatan paling besar itu cuma diam dan berkata: “Aku masih ada.”
Kalau kamu juga pernah merasa seperti itu… comment ‘aku’ di bawah! 🫶
자기 소개
Seniman digital dari Jakarta yang memadukan keindahan tradisional Bali dengan narasi visual modern. Setiap frame adalah doa dalam bentuk cahaya. Ikuti perjalanan menuju ketenangan melalui lensa yang penuh rasa.